Presiden Prabowo Subianto telah mengubah dinamika diskusi mengenai konflik Palestina-Israel di Sidang Umum PBB ke-80. Dalam pidato yang kuat dan emosional, ia menegaskan kembali komitmen Indonesia terhadap solusi dua negara dan mengkritik kebuntuan yang telah berlangsung selama puluhan tahun. “Dunia tidak bisa lagi berdiam diri sementara ketidakadilan terus berlangsung. Indonesia, sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, memiliki kewajiban moral untuk bertindak,” tegas Prabowo.
Tawaran paling konkret adalah kesiapan Indonesia untuk mengerahkan hingga 20.000 personel pasukan penjaga perdamaian ke Gaza setelah gencatan senjata tercapai, sebuah komitmen signifikan yang menunjukkan keseriusan Indonesia untuk terlibat langsung dalam stabilisasi kawasan.
Namun, yang menjadi headline global adalah pernyataan diplomatiknya yang paling berani: Indonesia siap mempertimbangkan pengakuan kedaulatan Israel, tetapi hanya jika Israel terlebih dahulu mengakui kemerdekaan penuh Palestina dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya. Langkah ini dipandang sebagai strategi “wortel dan tongkat” yang cerdas, memberikan insentif bagi Israel sambil tetap memegang teguh prinsip dukungan untuk Palestina. Manuver ini disambut standing ovation oleh beberapa delegasi, termasuk Presiden Prancis Emmanuel Macron, yang beberapa jam kemudian mengumumkan pengakuan negaranya atas Palestina.
Di dalam negeri, fokus ekonomi tertuju pada Menteri Keuangan Purbaya yang memulai gebrakan di awal masa jabatannya. Ia secara terbuka mengumumkan telah mengantongi daftar 200 pengemplang pajak kelas kakap dengan total tunggakan mencapai Rp 60 triliun. “Kami beri waktu hingga akhir tahun untuk melunasi. Setelah itu, tidak ada lagi negosiasi, yang ada hanya penegakan hukum,” ancamnya, mengisyaratkan era baru dalam kepatuhan pajak di Indonesia.
Tinggalkan Balasan