Beranda / Nasional / BUMDes vs Koperasi Merah Putih: Saingan atau Mitra Ekonomi Rakyat?

BUMDes vs Koperasi Merah Putih: Saingan atau Mitra Ekonomi Rakyat?

Jakarta, 3 Oktober 2025 – Belakangan muncul diskusi hangat tentang peran Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dan Koperasi Merah Putih. Keduanya sama-sama mengusung semangat pemberdayaan rakyat. Namun, pertanyaan yang mengemuka adalah: apakah keduanya sedang menuju jalur persaingan, atau justru dapat menjadi mitra strategis dalam membangun ekonomi bangsa?

BUMDes: Mesin Ekonomi Desa

BUMDes lahir sebagai instrumen pembangunan berbasis lokal. Ia hadir dengan mandat mengelola potensi desa agar memberi nilai tambah langsung bagi masyarakat. Banyak BUMDes yang kini berkembang menjadi unit usaha beragam, mulai dari perdagangan, pengelolaan sampah, wisata, hingga produk ekspor.

Kekuatan BUMDes terletak pada kedekatannya dengan masyarakat desa. Dengan modal sosial yang kuat, BUMDes berpotensi menciptakan lapangan kerja baru, mengurangi urbanisasi, sekaligus meningkatkan kemandirian desa.

Koperasi Merah Putih: Gerakan Nasional

Berbeda dengan BUMDes, Koperasi Merah Putih memiliki skala yang lebih luas. Ia dirancang sebagai wadah kolaborasi ekonomi lintas daerah dan lintas sektor. Koperasi ini menekankan prinsip gotong royong nasional, di mana UMKM dan pelaku usaha kecil dihimpun untuk memperkuat daya tawar, distribusi, serta akses ke permodalan.

Jika BUMDes berakar di desa, maka Koperasi Merah Putih menjadi atap besar yang menaungi para pelaku usaha agar tidak berjalan sendiri-sendiri.

Analisis: Dua Entitas, Satu Tujuan

Sekilas, keduanya memang tampak memiliki irisan. Namun, secara fungsi, BUMDes bergerak dari bawah (bottom-up) sementara Koperasi Merah Putih membangun dari atas (top-down).

Jika dilihat dari kacamata ekonomi, perbedaan skala inilah yang justru berpotensi melahirkan sinergi besar. Bayangkan, BUMDes fokus pada penguatan produksi di desa, sementara Koperasi Merah Putih menghubungkan produk-produk itu dengan pasar nasional bahkan internasional.

Tantangannya adalah bagaimana kedua lembaga ini tidak berjalan di rel masing-masing, tetapi saling mengisi. Jika tidak, bisa saja muncul gesekan kepentingan: BUMDes merasa cukup kuat berjalan sendiri, sementara koperasi merasa sebagai wadah utama.

Opini: Saatnya Integrasi, Bukan Kompetisi

Menurut hemat penulis, pertanyaan “BUMDes vs Koperasi Merah Putih” sebaiknya tidak lagi dilihat dalam kacamata persaingan. Justru, Indonesia membutuhkan ekosistem ekonomi kerakyatan yang terintegrasi.

BUMDes jangan hanya berhenti pada skala lokal, dan Koperasi Merah Putih jangan sekadar berhenti pada jargon nasional. Yang diperlukan adalah jembatan nyata: BUMDes memasok produk unggulan desa, sementara koperasi menjadi platform distribusi dan permodalan untuk memperluas pasar.

Jika dua instrumen ini bisa berjalan seiring, maka yang diuntungkan bukan hanya desa atau koperasi, melainkan bangsa secara keseluruhan.

Penutup: Pandangan Pribadi

Sebagai bagian dari gerakan ekonomi rakyat, saya meyakini bahwa BUMDes dan Koperasi Merah Putih bukanlah dua kutub yang berlawanan, melainkan dua pilar yang jika disatukan akan memperkuat fondasi ekonomi nasional.

Kita tidak boleh terjebak pada dikotomi vs, karena tantangan bangsa ini jauh lebih besar daripada sekadar mempertentangkan model kelembagaan. Yang kita butuhkan adalah sinergi, keterbukaan, dan kepercayaan.

Dengan itulah, ekonomi rakyat akan benar-benar berdiri tegak, dari desa hingga ke level global.

Muhammad Alpian HM

Artikel menarik Lainnya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *