Jakarta – Lanskap industri keuangan di Asia Tenggara sedang mengalami disrupsi besar-besaran. Pertarungan antara bank digital (neobanks) yang gesit dan bank konvensional yang mapan semakin sengit dalam upaya merebut loyalitas nasabah, khususnya dari kalangan milenial dan Gen Z.
Didukung oleh regulasi yang semakin adaptif dari bank sentral di negara-negara seperti Indonesia, Filipina, dan Malaysia, puluhan lisensi bank digital baru telah melahirkan pemain-pemain inovatif. Mereka menawarkan pengalaman perbankan yang sepenuhnya mobile, bebas biaya administrasi, proses pembukaan rekening dalam hitungan menit, dan fitur manajemen keuangan yang cerdas.
Menghadapi gempuran ini, bank-bank konvensional tidak tinggal diam. Mereka merespons dengan meluncurkan aplikasi perbankan super (super-app), mengakuisisi startup fintech, dan membentuk unit digital khusus untuk bersaing secara langsung. Beberapa bahkan meluncurkan bank digital mereka sendiri sebagai anak perusahaan untuk menjangkau segmen pasar yang berbeda.
“Ini adalah pertarungan memperebutkan ekosistem,” ujar seorang konsultan teknologi keuangan. “Pemenangnya bukan sekadar siapa yang punya aplikasi terbaik, tapi siapa yang mampu mengintegrasikan layanan perbankan secara mulus ke dalam gaya hidup digital nasabah, mulai dari e-commerce, transportasi, hingga investasi.”
Tagar: #Teknologi #Fintech #BankDigital #InovasiKeuangan #Startup #AsiaTenggara
Tinggalkan Balasan